Data UNAIDS Global pada tahun 2021 menunjukkan angka prevalensi HIV untuk orang muda (15-24 tahun) di Indonesia cukup tinggi, yakni 7,1% (44.696) dari keseluruhan penduduk Indonesia, dimana angka infeksi HIV baru pada orang muda menyumbang 56.5% (13.000) dari keseluruhan kasus infeksi HIV baru di Indonesia (23.000). Angka tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2020, dimana orang muda menyumbang 54,1% (13.000) dari keseluruhan kasus infeksi baru sebesar 24.000. Kenyataannya, populasi kunci memang rentan terinfeksi 12-22 kali lebih tinggi dari populasi umum (UNAIDS, 2019).
Meskipun populasi kunci muda menyumbang sebagian besar kasus infeksi HIV baru, akses pencegahan dan pengobatan pada populasi kunci muda lebih rendah dibandingkan dengan akses pada populasi kunci dewasa (Laporan CLM, 2022). Jika melihat layanan pencegahan HIV, akses terhadap informasi HIV lebih banyak diakses oleh populasi kunci dewasa (69.7%), dibandingkan orang muda (61.4%). Akses kondom oleh populasi kunci muda pun lebih rendah (41,6%) daripada populasi kunci dewasa (49,6%). Begitu juga dengan layanan pelicin, akses populasi kunci muda (23,1%) lebih rendah dibandingkan dengan populasi kunci dewasa (28,2%). Jika ditelusuri lebih lanjut, alasan yang seringkali muncul untuk tidak mengakses berbagai layanan HIV adalah tidak membutuhkan layanan dan tidak mengetahui bahwa layanan tersedia.
Sebagian populasi kunci muda sudah mengakses layanan tes HIV, ditunjukkan dengan persentase sebesar 45.1% yang mana lebih besar dibandingkan dengan akses layanan tes HIV pada populasi kunci dewasa sebesar 34.5%. Namun, masih ada ketimpangan dalam akses layanan pengobatan dan perawatan yang mana angka ini tidak didukung dengan akses layanan ARV, hanya 26,1% populasi kunci muda yang mengakses, dibandingkan dengan populasi kunci dewasa 49,5%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan akses informasi pengobatan HIV yang diperoleh populasi kunci muda setelah mengakses layanan tes HIV. Temuan serupa tergambar pada Riset Situasi Akses Layanan HIV pada populasi Kunci Muda di Indonesia yang dilakukan Inti Muda pada 2022, informasi yang diterima orang muda saat ini didominasi tentang pencegahan HIV semata dan belum ada informasi yang komprehensif mengenai pengobatan ARV.
Melihat tren infeksi HIV baru pada periode 2019-2021 yang menunjukkan bahwa >50% angka infeksi baru disumbang oleh orang muda, bukan tidak mungkin tren ini akan berlanjut bahkan terus meningkat di beberapa tahun mendatang. Terlebih jika angka tes HIV masih rendah karena tidak adanya intervensi khusus yang menyasar populasi kunci muda. Pada sisi lain, ketimpangan layanan pengobatan ARV tentu akan mempengaruhi peningkatan angka morbiditas dan mortalitas populasi kunci muda di Indonesia. Hal ini menunjukkan perlunya intervensi yang secara spesifik dilakukan untuk menyasar populasi kunci muda di Indonesia.
Pemberian informasi yang mumpuni, diikuti dengan pengobatan yang dapat diakses oleh orang muda tentunya juga akan berdampak terhadap pencapaian target 95-95-95 (95% orang dengan HIV mengetahui statusnya, 95% orang dengan HIV yang mengetahui statusnya mengakses ARV, dan 95% orang dengan HIV yang mengakses ARV tersupresi Viral Loadnya). Untuk mencapai target tersebut, telah tersedia berbagai program penanggulangan HIV AIDS yang didanai oleh Global Fund. Sejak 2003 Global Fund telah berkomitmen melalui 38 hibah dengan total 1.1 miliar USD di Indonesia. Alokasi terkini untuk program HIV di Indonesia dari Global Fund (tahun 2018-2020) adalah sebesar 92 juta USD (Office of the Inspector General of Global Fund, 2020). Tetapi sampai sejauh ini belum ada program Global Fund yang secara spesifik ditujukan untuk kebutuhan populasi kunci muda.
Leave a Reply